Digitalisasi Dunia

Perang Supremasi AI: Siapa yang Akan Memenangkan Masa Depan?​

Astra Digital Assets AD· 23 April 2024
Astra Digital Assets

Saat ini, kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) menjadi salah satu teknologi yang paling pesat perkembangannya. Kemampuan AI untuk belajar, menganalisis, dan menyelesaikan tugas secara mandiri telah membuka peluang baru di berbagai bidang, seperti kesehatan, pendidikan, transportasi dan lainnya.

 

Berbagai negara maju dan perusahaan besar dunia pun berlomba-lomba untuk menjadi yang terdepan dalam pengembangan AI. Fenomena ini dikenal sebagai "Perang Supremasi AI". 

 

Mengapa “Perang Supremasi AI menjadi penting untuk diperhatikan? Siapa saja yang terlibat dalam perlombaan ini? Bagaimana strategi untuk memenangkan “perang” ini? 


 

xDk2ilrXEh46sCiYMCytyNc-yZYxGGoKEz3sBLTR9QovP0lHO2QI7vLelkST2GX6Kv_KB-65eeGqSw6jag2Z5WNnLiz7FQYgIkXQyk_3B3JeUmOexBRTmYrdwhWpBfoSYOh41pmMH-4lmsUhDsjpoO0


 

Perang Supremasi AI: Amerika Serikat vs China

 

Harvard Business Review menilai 25 negara berdasarkan Top-Ranked AI Nations (TRAIN) Index. Index ini mengukur potensi AI dapat berkembang di sebuah negara berdasarkan empat faktor: innovation, capital, rules, dan data. Negara seperti Amerika Serikat dan China pun memimpin dalam TRAIN Index ini. 

 

Bukan tanpa alasan kedua negara tersebut memimpin pengembangan AI. Negeri Paman Sam memiliki keunggulan di berbagai faktor. Mulai dari, total investasi pengembangan AI yang mencapai $249 miliar, serta perkembangan teknologi secara umum yang sangat maju, ditunjukkan dengan adanya tiga technology hub besar, seperti di Silicon Valley, Seattle, dan Boston. 

 

Belum lagi beberapa perusahaan teknologi besar asal Amerika Serikat, seperti Google, Microsoft, Amazon, Facebook, dan Apple yang berinvestasi besar-besaran pada penelitian dan pengembangan AI. 

 

Selain itu, Amerika Serikat pun memiliki ekosistem startup AI yang kuat dengan dukungan pendanaan modal ventura yang signifikan. Bahkan, pemerintah Amerika Serikat memprioritaskan AI melalui American AI Initiative yang mendorong investasi dalam penelitian dan pengembangan AI, menetapkan standar teknis, dan melatih tenaga kerja yang siap menghadapi era AI. 

 

Tak hanya itu, penelitian dan pengembangan AI juga melibatkan lembaga milik negara, seperti Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) dan Intelligence Advanced Research projects Activity (IARPA). Tidak terkecuali institusi akademik seperti MIT, Stanford, dan Carnegie Mellon pun turut serta demi menjaga keunggulan teknologi negara adidaya tersebut. 

 

Berkat kombinasi dari lembaga pemerintah, sektor swasta, dan universitas dengan tech talent terbaik di bidang AI tersebut, tak heran Amerika Serikat tetap menjadi pusat gravitasi pengambangan AI di dunia, meski terus dibayangi oleh China.

 

***

 

Di lain sisi, dalam beberapa dekade terakhir, China menjelma menjadi negara yang mampu menjadi penantang Amerika Serikat. Keseriusan pemerintah China untuk menandingi penelitian dan pengembangan AI Amerika Serikat ditandai dengan komitmen Internet Plus Artificial Intelligence Plan pada 2016 silam dengan fokus untuk mengembangkan AI demi meningkatkan ekonomi. 

 

Lalu, setahun berikutnya pada tahun 2017, China meluncurkan program Rencana Pengembangan Kecerdasan Buatan Generasi Baru atau New Generation Artificial Intelligence Development Plan dengan investasi $150 miliar pada industri AI dengan target untuk menjadi negara superpower AI pada tahun 2030.

 

Tak hanya itu, raksasa teknologi asal Negeri Tirai Bambu, seperti Alibaba, Baidu, dan Tencent juga turut menggelontorkan dana besar untuk pengembangan kemampuan dan aplikasi AI yang sejalan dengan misi China. Berbagai penelitian dilakukan dan difokuskan pada bidang-bidang, seperti visi komputer, pemrosesan bahasa alami, pengenalan suara, dan kendaraan otonom atau kendaraan tanpa sopir.

 

Di luar program pemerintah dan dukungan swasta, China juga memiliki jumlah data melimpah yang dihasilkan dari sekitar 1,09 miliar pengguna internet (Statista, 2023). Miliaran data ini dipakai secara bebas untuk melatih algoritma AI oleh perusahaan raksasa teknologi China.

 

Sama seperti Amerika Serikat, China juga memiliki ekosistem modal ventura yang sangat aktif mendukung startup AI. Pada 2019 lalu misalnya, startup AI China menerima pendanaan modal ventura terbesar di dunia dibanding startup dari negara manapun.

 

Terakhir, China punya banyak sumber daya manusia yang berkualitas di sektor AI. Keberadaan pusat-pusat teknologi yang ada di di Beijing, Shanghai, dan Shenzhen turut menjadi basis penghasil peneliti serta insinyur AI. Bahkan, soal jumlah publikasi karya ilmiah di bidang AI pun China menempati peringkat kedua setelah Amerika Serikat. 


 

6VpzF836eiM2srvWzUHpq2jroEsVHgpw3um3JrJd2sFqMCKTWn_b1r210VeBvd1JDvPoT2qQup2cIi8zjJlTkf2SLZksZq2NGCW-Oqn7sO2PxaiwCyyw7VGGQ5FC4tWx8jROppfBH2tXdVa86R0veak


 

Dampak Perang Supremasi AI, dan Peluang Negara Lain

 

Persaingan antara Amerika Serikat dan China dipercaya memiliki implikasi luas bagi pengembangan AI secara global. Persaingan kedua negara tersebut dapat memperlambat kemajuan AI secara keseluruhan.

 

Lalu bagaimana dengan peluang negara Lain? Berdasarkan TRAIN Index ada juga sejumlah negara-negara seperti Inggris, Jepang atau negara-negara lain di dunia, bahkan termasuk Indonesia sekalipun punya harapan untuk mengejar ketertinggalan pengembangan AI dari Amerika Serikat dan China.

 

Bila dipetakan potensinya, negara seperti India, Inggris, Prancis, Kanada, Jerman, dan Australia punya peluang dengan keunggulan pada sisi modal atau investasi untuk pengembangan AI. Bahkan, Kanada juga punya program dan strategi nasional yang pro-inovasi AI, lewat berbagai regulasinya dalam mendukung industri AI. 

 

Lalu, negara dengan jumlah penduduk yang besar, Indonesia, Afrika Selatan, Nigeria, dan India juga tak perlu berkecil hati. Sebab, dengan potensi pengguna internetnya yang terus bertumbuh dan mampu menghasilkan jumlah data yang besar, dapat digunakan dalam pengembangan AI.

Hal ini tentu bisa menjadi modal untuk terus bersaing di masa depan.

 

Negara lainnya, Jepang dan Korea Selatan juga tak ketinggalan, kedua negara ini berinvestasi besar di bidang AI karena punya kebutuhan demografi kependudukan dengan cara memanfaatkan robot dan AI untuk membantu tenaga manusia. Bahkan, Korea Selatan menjadi negara yang tidak bisa dipandang sebelah mata, karena punya industri semikonduktor yang maju, serta unggul dalam paten dan penelitian AI. 

 


Siapa Pemenang dalam Perang Supremasi AI?

 

Dengan masa depan AI yang penuh dengan banyak kemungkinan, AI masih akan menjadi bidang yang akan terus berkembang, saat ini dan di masa depan. Setiap satu kemajuan AI yang lahir akan berkontribusi atau bahkan menjadi pemicu persaingan untuk membuat evolusi AI yang lebih maju dari lainnya. 

 

Untuk menentukan pemenang dalam persaingan AI ini akan sangat bergantung pada konteks atau bidang inovasi AI yang dilahirkan. Terlebih, setiap negara memiliki tujuan, keunggulan peluang dan sumber daya yang berbeda-beda dalam pengembangan AI mendatang. 

 

Pada akhirnya, persaingan ini positif untuk mendorong berbagai inovasi AI, dan pemenangnya belum tentu hanya satu negara saja. Sebab, penelitian dan pengembangan AI dalam prosesnya adalah kerja-kerja kolektif dan kolaboratif, untuk mengatasi masalah global, meningkatkan kualitas hidup, hingga menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi semua. 

 

 

**

 

 

Sumber Rujukan

 

Chakravorti, B. et al. (2023, Dec 12). “Charting the Emerging Geography of AI”. Harvard Business Review. https://hbr.org/2023/12/charting-the-emerging-geography-of-ai 

 

Opolentisima, L. (2024, Jan 17). “The Top 10 Countries Leading the AI Race”. Daily Infographic. https://dailyinfographic.com/the-top-10-countries-leading-the-ai-race 

 

Adeyinka, Y. (2023, Des 7). “Who will win the AI technology race, Microsoft, Google, or AWS?”. LinkedIn. https://www.linkedin.com/pulse/who-win-ai-technology-race-microsoft-google-aws-adeyinka-ikfcf/

 

 

 

HUBUNGI KAMI

Ada pertanyaan?
Kami terbuka untuk berdiskusi dan melihat bagaimana kami bisa membantu Anda mewujudkan ide-ide yang ada.