Digitalisasi Dunia
Terus Merugi dan Diisukan Bangkrut, OpenAI Justru Dapat Investasi Besar: Akankah ChatGPT Bisa Untung?
2 Okt 2024
Sebuah laporan menyebut, perusahaan yang dipimpin Sam Altman itu akan bangkrut pada akhir tahun 2024 ini, jika tidak segera meraih keuntungan. Alasannya karena operasional ChatGPT yang boros dan habiskan $700 ribu per hari.

Belum lama ini kembali mencuat kabar bahwa OpenAI, perusahaan di balik ChatGPT, berada di ambang kebangkrutan jika tidak segera menemukan jalan untuk meraih keuntungan sebelum akhir 2024. Sebelumnya, kabar tersebut pertama kali muncul dan memicu kehebohan pada akhir tahun lalu.
OpenAI yang dipimpin Sam Altman ini memang dikenal sebagai pemain utama dalam pengembangan kecerdasan buatan, terutama Generative AI, namun ternyata perusahaan ini menghadapi biaya operasional yang sangat tinggi.
Salah satu pengeluaran terbesarnya adalah untuk menjalankan ChatGPT, dan diperkirakan memakan biaya sekitar $700 ribu atau sekitar Rp10-11 miliar per hari.
Salah satu yang sumber yang menyebut bahwa OpenAI akan mengalami kebangkrutan adalah The Information, sebuah media asal Amerika Serikat yang menyajikan laporan mendalam dan eksklusif tentang perusahaan teknologi besar, seperti Apple, Google, Meta, serta startup lainnya.
Lantas, bagaimana sebenarnya situasi keuangan OpenAI, tantangan yang dihadapi, dan apa yang mungkin terjadi ke depan dengan ChatGPT?
Keuangan OpenAI: Biaya Operasional Tinggi dan Dana yang Makin Menipis
Berdasarkan laporan The Information, OpenAI telah menghabiskan $7 miliar (sekitar Rp108,5 triliun) untuk melatih model AI-nya, dengan biaya staf sebesar $1,5 miliar (sekitar Rp23,25 triliun).
Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa OpenAI akan kembali berpotensi merugi hingga $5 miliar (sekitar Rp77,5 triliun) tahun ini, karena biaya pelatihan model AI dan gaji staf yang sangat tinggi, serta daya komputasi atau cloud.
Selain itu, sumber yang sama juga meyakini, OpenAI berpotensi merugi karena banyaknya perusahaan lain yang juga terjun ke industri AI, seperti seperti Anthropic, Amazon, Google, Nvidia, Meta, xAI, dan lainnya
Namun demikian, kerugian OpenAI tersebut akan terjadi dengan catatan jika OpenAI tidak segera mendapatkan tambahan modal, dan bahkan tidak menutup kemungkinan OpenAI akan kehabisan uang dalam hitungan bulan, atau maksimal akhir tahun ini.
Sebagai informasi, OpenAI sendiri sejak didirikan telah menerima total investasi lebih dari $13 miliar (sekitar Rp179,4 triliun) dari berbagai investor. Investor utama dari OpenAI adalah Microsoft, dengan investasi kurang lebih $13 miliar (sekitar Rp194,4 triliun). Investasi ini dilakukan lewat beberapa tahap, mulai dari investasi awal sebesar $1 miliar pada tahun 2019 dan tambahan investasi sebesar $2 miliar serta $10 miliar pada tahun 2022-2023. Dengan investasi $10 miliar dari Microsoft itu, OpenAI sebenarnya memiliki cukup dana untuk bertahan selama 20 tahun ke depan.
Meski OpenAI telah menerima investasi yang sangat besar dan tampak menjanjikan, akan tetapi perusahaan ini belum mampu mencapai profitabilitas. Pengeluaran besar yang terus meningkat jelas membuat OpenAI berada di posisi rentan. Jika tidak ada perubahan yang signifikan baik dari pendapatan dan model bisnis mereka, valuasi OpenAI per September 2024 yang diperkirakan mencapai sekitar $86 miliar tidak akan cukup untuk menyelamatkan perusahaan.
Karenanya, OpenAI membutuhkan pendapatan yang stabil dan berkelanjutan agar bisa terus beroperasi dan berkembang di masa depan. Selain mengandalkan investasi, mereka perlu memiliki model bisnis yang menghasilkan pemasukan tetap, misalnya dari layanan berbayar atau kolaborasi dengan perusahaan lain.
Upaya Penggalangan Dana dan Nasib Masa Depan OpenAI
Laporan The New York Times menyebut, bahwa OpenAI menargetkan pendapatannya naik lebih dari tiga kali lipat menjadi $11,6 miliar pada 2025 dan $100 miliar pada 2029 mendatang. Rencana kenaikan harga langganan ChatGPT dari $20 menjadi $22 per bulan pada akhir tahun ini, dan menjadi $44 dalam lima tahun mendatang menjadi katalis positif yang akan membuat pendapatan OpenAI naik.
Sebagai informasi, OpenAI sendiri menargetkan pendapatan $3,7 miliar atau sekitar Rp55,97 triliun pada tahun 2024 ini. Angka ini merupakan gabungan target revenue dari ChatGPT sebesar $2,7 miliar dan dari bisnis lain $1 miliar.
Tak hanya itu, selain meningkatkan biaya langganan, OpenAI juga tengah mengupayakan untuk mendapatkan pendanaan baru sekitar $6,5 miliar atau sekitar Rp100 triliun. Lewat penggalangan ini, nilai valuasi OpenAI diprediski bisa mencapai $150 miliar atau sekitar Rp2.310 triliun.
Menurut The Information, Vision Fund milik SoftBank dikabarkan berencana menanamkan investasinya sebesar $500 juta atau sekitar Rp7,6 triliun kepada OpenAI. Putaran pendanaan tersebut jika sesuai rencana akan dipimpin oleh Thrive Capital, diikuti Microsoft, dan investor lainnya.
Thrive Capital sendiri telah berinvestasi di OpenAI kurang lebih sekitar $1 miliar. Mereka kembali berencana melakukan investasi sekitar $1 miliar pada tahun 2025 jika target pendapatan OpenAI di tahun ini tercapai.
Terkini, OpenAI baru saja memperoleh pendanaan sebesar $6,6 miliar, menurut laporan terbaru dari BBC. Dengan tambahan dana itu, valuasi perusahaan pun menjadi meningkat tajam hingga mencapai $157 miliar. Nilai ini setara dengan valuasi bank investasi Goldman Sachs dan bahkan melampaui banyak perusahaan besar di Amerika Serikat.
Tantangan yang Dihadapi: Bagaimana Nasib ChatGPT?
Salah satu tantangan utama OpenAI adalah menemukan cara untuk menghasilkan pendapatan yang cukup dari ChatGPT, produk andalannya. Meski ChatGPT populer dan memiliki 200 juta pengguna harian. Namun, di tengah pertumbuhan tersebut, monetisasi platform ini masih menjadi masalah besar hingga hari ini.
OpenAI juga menghadapi beberapa tantangan internal. Beberapa eksekutif utama, termasuk Mira Murati, CTO OpenAI, telah meninggalkan perusahaan. OpenAI juga sedang mempertimbangkan restrukturisasi perusahaan untuk memisahkan segmen nirlaba mereka.
Sebagai solusi, OpenAI telah meluncurkan ChatGPT Plus, layanan berbayar dengan harga $20 per bulan, yang menawarkan akses lebih cepat dan fitur tambahan, hanya saja pendapatan dari layanan ini belum cukup signifikan untuk menutup biaya operasional yang sangat besar, utamamanya karena penggunaan teknologi AI memerlukan infrastruktur komputasi yang sangat mahal.
Tantangan lainnya, OpenAI juga menghadapi tekanan untuk menjaga kualitas dan inovasi mereka di tengah persaingan yang makin ketat. Perusahaan teknologi besar, seperti Google dan Meta, juga telah meluncurkan model AI mereka sendiri.
Meta telah mengembangkan LLaMA yang menawarkan performa yang kompetitif dan bahkan tersedia secara gratis atau dengan biaya lebih murah untuk para peneliti. Hal ini jelas menambah tantangan bagi OpenAI untuk tetap menarik dan relevan bagi pengembang dan pengguna.
Sementara Google, mereka mengembangkan Gemini, yang dirancang untuk dapat bersaing langsung dengan ChatGPT. Model ini bahkan punya keunggulan dengan ekosistem Google yang luas, dan bisa mengintegrasikan teknologi AI mereka ke dalam produk seperti pencarian, iklan, hingga layanan cloud atau Google Cloud.
Ketergantungan pada investor seperti Microsoft juga bisa menjadi pedang bermata dua, sebab OpenAI harus memastikan bahwa mereka tetap independen dalam pengembangan teknologinya dan tidak terlalu tergantung pada satu pihak saja, seperti Microsoft. Apalagi, OpenAI juga diketahui menerima akses diskon ke layanan cloud Microsoft Azure sebagai bagian dari kemitraannya dengan raksasa teknologi tersebut.
Prospek Masa Depan: Langkah OpenAI Selanjutnya?
Di tengah ancaman kebangkrutan, OpenAI masih punya beberapa peluang untuk bertahan. Salah satu langkah yang dapat diambil yakni memperluas model monetisasi mereka.
Selain ChatGPT Plus, OpenAI juga tengah mengeksplorasi kerjasama dengan perusahaan lain untuk mengintegrasikan teknologi AI mereka ke dalam berbagai sektor, termasuk industri keuangan, pendidikan, dan kesehatan. Dengan lebih banyak saluran pendapatan, OpenAI bisa mengurangi tekanan finansial yang mereka hadapi.
Selain itu, OpenAI perlu terus berfokus pada pengembangan model AI yang lebih efisien dalam penggunaan energi dan infrastruktur. Langkah ini bisa mengurangi biaya operasional, yang menjadi salah satu penyebab utama keborosan dana perusahaan. Investasi di bidang riset untuk menemukan cara yang lebih efisien dengan menjalankan model AI akan menjadi kunci untuk kelangsungan jangka panjang OpenAI.
Hanya saja, waktu terus berjalan, jika OpenAI tidak segera menemukan solusi atas masalah finansial mereka, nasib ChatGPT bisa menjadi terancam. Untuk itu, OpenAI perlu segera mengambil langkah seribu nan konkret demi menjaga kelangsungannya di tengah persaingan industri AI yang makin kompetitif.